Hiking dan Trekking, alternatif olah raga di masa Pandemi

Bandung, ElevenOutdoor.Com – Selain bersepeda, hiking dan trekking kini menjadi olahraga yang ikut naik daun saat pandemi. Sambil berolahraga, kita bisa sekalian menghirup udara segar pegunungan dan menyegarkan mata dengan menikmati pemandangan alam. Penyegaran tubuh dan pikiran yang telah berbulan-bulan berdiam di rumah untuk mencegah penularan dan memutus rantai penyebaran virus corona penyebab COVID-19.

Alasan lain, hiking dan trekking di alam terbuka dengan medan yang alami, beragam antara bebatuan, tanah, dengan kontur yang variasi antara menanjak, landai, atau menurun, memberi tantangan yang bervariasi bagi otot tubuh. Melatih kardio, kekuatan, ketahanan, keseimbangan, bahkan mental. Anda juga bisa sekalian berjemur sinar matahari.

“Hiking dan trekking jadi salah satu pilihan karena orang berpikir tempat terbuka adalah tempat yang terbaik untuk beolahraga lebih aman. Namun hal itu tidak menyingkirkan protokol kesehatan yang ditentukan sebelumnya, ” ujar dr. Michael Triangto, Sp. K.O, dari Klinik Slim + Health Sport Therapy, Jakarta.

Menurutnya hiking dan trekking tidak seratus persen aman. Ada banyak celah kesempatan untuk terinfeksi. Misalnya, aktivitas ini biasanya tidak dilakukan sendirian, demi faktor keamanan. Ini berarti akan semakin besar celahnya. Ingat, terlihat sehat saja belum tentu tidak berpeluang menularkan dan tertular virus corona. Faktanya tidak semua orang menunjukkan gejala.

“Paling aman kita melakukan olahraga sendiri di dalam rumah. Begitu kita keluar rumah, faktor risiko bertambah , apalagi jika bersama orang yang tidak serumah. Lebih berbahaya lagi, bersama orang yang tidak kita kenal, dalam keramaian, dan dalam waktu yang lama. Nah, hiking dan trekking itu tidak ada yang sebentar.”

Karena itu ia menekankan, tetap harus pakai masker. Tetap jaga jarak, dan selalu bawa disinfektan, karena bisa saja Anda terjatuh atau terpaksa bersentuhan dengan orang lain.

Meski berada di alam, bukan berarti Anda tidak akan bertemu banyak orang. Di akhir pekan tempat-tempat wisata alam seperti air terjun bisa jadi sangat ramai.

“Hiking dan trekking bisa termasuk olahraga berintensitas rendah dan tinggi, tergantung medannya. Dalam pendemi yang dianjurkan adalah intensitas rendah hingga sedang. Kalau medannya mendaki terus menerus, intensitasnya makin tinggi. Ini biasanya membuat sesak saat memakai masker. Tapi, jangan buka. Lebih baik berhenti atau perlambat kecepatannya. Buka tutup masker tidak baik, akan mencemari masker.”

Jika Anda pergi bersama komunitas, agar intensitas latihan bisa dijaga tidak tinggi, lakukan komitmen untuk jalan bersama, berhenti bersama, dan tetap menjaga jarak. Dan jangan berbagi makanan, minuman, atau alat lain.

Dokter Michael juga mengingatkan, agar sepulang dari hiking segera membersihkan diri dan berganti pakaian, sebelum berkumpul dengan keluarga.

Sebagian wisata alam, seperti Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan Taman Nasional Gunung Halimun Salak sudah mulai dibuka, dengan protokol kesehatan seperti pemeriksaan suhu tubuh, ketentuan memakai masker, dan mencuci tangan menggunakan sabun di pintu masuk pendakian.

Pastikan Anda mematuhinya, ya. Ini adalah bentuk kepedulian Anda terhadap diri sendiri, keluarga, dan masyarakat. (f)

Sumber : https://www.femina.co.id/

Tinggalkan Balasan